Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perjalanan Anak Desa Untuk Kuliah

Ahmad Suherdi


Halo sobat bagaimana kabarnya semoga baik-baik saja di manapun keberadaannya. Lama banget aku gak nulis di blogger ini kurang lebih sebulan. Huuummm harus tetap produktif dan jangan kendor semangaatttt.

Kali aku mau membagi sebuah kisah singkat tentang perjalanan anak desa yang berhasil menjadi seorang magister. Anak desa itu ya aku sendiri, hehe iya memang aku berasal dari desa yang sangat jauh dari tempat kuliahku. Desaku bermana desa makarti mulya yang berada di pulau Sumatera Selatan sana. Jauh kan iyalah la pulangnya aja bisa sampek sehari semalam naik bus dan nyeberang pake kapal pula.

Perjalanan menjadi magister ini dimulai pada tahun 2014 yang pada kala itu masuk kuliah s1 di kampus IAIN Tulungagung. Aku sendiri tidak punya saudara semisal bude atau embah di kota Tulungagung. Pada kala itu aku dan teman-teman nekat aja pokok bismillah niat mencari ilmu untuk menghilangkan kebodohan.

Aku dan teman-teman menjalani masa kuliah dengan jurusan pilihan masing-masing. Kami berenam berasal dari satu desa yang sama yang terdiri dari dua cewek dan empat cowok. Hanya tekat kuat di dalam diri kami untuk bisa kuliah dan membanggakan kedua orang tua di rumah.

Setiap hari aku menjalani rutinitas kuliah di kampus dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Aku mulai mendapatkan teman baru dan pengalaman baru. Teman-teman yang aku kenal saat dikelas mempunyai kemampuan belajar yang sangat luar biasa. Mungkin ya karena mereka berasal dari kota dan sebelumnya sekolah di lembaga berkualitas sehingga kemampuan di dalam kelasnya sangat bagus.

Aku pada kala itu masih merasa minder karena di dalam kelas aku hanya menjadi pendengar saja tanpa berani memberi pertanyaan, sanggahan maupun tambahan saat sedang diskusi materi pelajaran. Memang aku belum terbiasa dengan proses belajar seperti ini karena aku berasal dari desa dan aku sendiri bukanlah anak yang mempunyai prestasi bagus sebelumnya.

Suatu ketika aku memberanikan diri untuk angkat tangan dan bertanya saat diskusi materi dimulai. Rasa gemetar di dalam tubuh sangat terasa sehingga aku hampir mengurungkan diri untuk tidak jadi bertanya. Namun, aku tetap bertanya dengan seluruh kekuatan agar tidak gugup atau terbata-bata saat menyampaikan pertanyaan. Alhasil, pertanyaan pertamaku di forum diskusi di dalam kelas berhasil aku sampaikan.

Seiring berjalannya waktu aku mulai berani memberikan pertanyaan, jawaban bahkan sanggahan saat diskusi materi dimulai. Keberanian dalam diskusi terus aku asah sehingga aku mulai terbiasa pada kala itu. Aku terus memberanikan diri untuk setiap ada materi diskusi bisa memberi pertanyaan kepada pemateri. Melalui keberanian inilah akau mendapatkan nilai bagus walau sejatinya aku bukanlah orang yang pandai.

Waktu terus berjalan sehingga aku mencapai tahap tugas akhir yakni skripsi. Awalnya aku mengganggap skripsi itu adalah sebuah momok yang menakutkan ternyata setelah dijalani tidaklah seseram yang dibayangkan. Aku mengerjakan skripsi dengan cepat mungkin sebulanan jadi. Gampang kok dag sulit malah nagihin karena banyak pengetahuan di dalamnya.

Singkat cerita skripsi selesai dan sidang dimulai pada tahun 2018. Sidang berjalan dengan lancar dan tidak banyak pertanyaan yang disampaikan para penguji, namun ada beberapa hal yang harus direvisi pada skripsiku. Revisi adalah hal biasa yang akan didapatkan setiap mahasiswa yang selesai sidang.

Lalu hari wisuda telah datang dan aku sangat bahagia karena bapak dan ibuk beserta pakde datang dari Sumatera. Kuliah selama 4 tahun di s1 ternyata berhasil dan membuat orang tuaku bangga akan hal itu. Bahagia pada waktu itu tidak bisa digambarkan dengan kata-kata melainkan itu adalah berasal dari hati.

Setelah wisuda, aku tidak memutuskan untuk langsung pulang melainkan menambah studi di Pascasarjana IAIN Tulungagung. Studi di s2 ini aku tempuh selama 2 tahun dan berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Aku mengerjakan tugas akhir bernama tesis kurang lebih sebulan. Pekerjaan tesis ini juga agak rumit karena tidak bisa penelitian secara langsung akibat pandemi di tahun 2020. 

Namun, aku tetap tidak kekurangan akal yang pada akhirnya penelitian dijalankan secara online. Pada saat penelitian secara online ini ternyata dipermudah dari pihak lembaga sekolah alam yang berada di Blitar dan Kediri. Alhamdulillah semua kemudahan itu juga karena lantaran doa dari orang tua yang senantiasa mendoakan anaknya saat mencari ilmu.

Hari sidangpun datang dan dilakukan secara online melalui aplikasi Zoom. Aku menjawab setiap pertanyaan dari penguji dan sidang berhasil. Rasa bahagia setelah sidang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata karena itu timbul dari perasaan terdalam. Alhamdulillah akhirnya bisa selesai di Pascasarjana.

Wisuda dimulai pada awal 2020 yang pada kala itu orang tua tidak bisa datang. Alasannya sangat logis yakni karena masih pandemi corona sehingga tidak memungkinkan untuk datang ke Jawa. Alhasil wisuda kampus dilakukan secara drive thru yakni menggunakan kendaraan mobil atau motor.

Dikarenakan punyaku hanya motor jadul warisan bu Nyai Fatimah sehingga wisuda naik motor itu. Dengan PD nya aku Video Call dengan ibuk bapak saat proses antri menuju panggung wisuda dan itu aku sedang di atas motor. Akupun tidak peduli dilihatin peserta wisuda lain yang berada di belakangku. Pokoknya pada saat itu aku ingin berbagi kesenangan dengan orang tuaku.

Tidak lama kemudian aku sampai didekat panggung wisuda dan aku berpamitan dengan bapak ibuk untuk bersiap dipanggil menuju panggung wisuda. Sebelum itu, aku berfoto terlebih dahulu dengan teman-teman seangkatan di s2. Kami merayakan hari itu dengan penuh kebahagiaan karena kami bisa bertahan sampai lulus bersama.

Pemanggilan nama peserta wisudapun dipanggil satu persatu untuk menuju panggung wisuda. Tidak menunggu waktu lama, namaku dipanggil dan dengan ditemani sahabatku bersama kang Yoga aku menuju panggung wisuda. Berdebarlah aku dengan penuh kegembiraan.

Dengan perlahan aku berjalan mendekati sang rektor yang akan memindahkan kuncir. Aku tersenyum pada waktu itu karena ini adalah momen keduaku bisa berhadapan langsung dengan beliau yang memindahkan kuncir. Pada waktu itu, prosesi wisuda tetap menaati protokol kesehatan dengan menggunakan face shield.

Setelah pemindahan kuncir aku telah sah menjadi seorang magister. Titel ini sudah melekat di dalam diriku dan aku harus menjalankan amanah yakni mengamalkan ilmu yang telah aku dapat selama ini. Mungkin aku masih sangat kurang sekali ilmu pengetahuan, namun dengan ilmu dari pada dosen-dosen semoga bisa bermanfaat bagi banyak orang. Aaamiiin.

Bagi sobat yang sudah tahap tugas akhir, ayo semangat garap skripsi atau tesisnya. Tugas akhir itu mudah kok cuman yang menjadi sulit dan lama pengerjaan adalah rasa malas dan tidak mau berjuang. Jadi, ayok sekarang bangkit dan kobarkan semangat untuk bisa lulus tepat waktu. Semangat sobat.




Tulungagung, 06 Oktober 2021

Posting Komentar untuk "Perjalanan Anak Desa Untuk Kuliah"