Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

AKU DAN SEMESTER TIGA



Ahmad Suherdi



Rabu, 04 September 2019. Pagi ini adalah hari pertama aku masuk kuliah. Setelah libur panjang, ahirnya jadwal perkuliahan tersusun. Kuliah pagi adalah rutinitas yang dilakukan oleh kami kelas A. Kami memilih kelas pagi karena hawa sejuk membuat kami lebih segar dan fokus dalam belajar. 

Pagi pun telah tiba. Mentari perlahan menampakkan dirinya. Perlahan sinarnya menyinari bumi, memberikan semangat baru untuk jiwa muda kami. Hari ini adalah hari yang sangat kami tunggu, dimana kami begitu semangat sekali untuk bersiap mendapat ilmu baru. 

Hari pertama kuliah, pembelajaran kelas pagi dimulai pukul 07:00. Aku bergegas berangkat kuliah dengan menaiki sepeda motor jadul warisan ibu Nyai. Walaupun bermesin tua, tapi tenaganya masih kuat untuk mengantarkan aku dalam menuntut ilmu yang bermanfaat. 

Hari rabu pagi ini aku pertama kali bertemu dengan Bapak Ngainun Naim. Beliau adalah dosen mata kuliah Kajian Islam Nusantara. Aku dulu hanya sekedar mendengar nama beliau dan membaca buku beliau yang berjudul “Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan” ketika masih belajar di S1. Aku begitu penasaran dengan sosok beliau yang pegiat literasi, hingga ahirnya aku bertemu dengan beliau di dalam kelas ini. Alhamdulillah.

Gaya mengajar beliau sangat bagus, beliau juga humoris, ini yang kami suka dari beliau yaitu “sabar”. Beliau juga selalu menyemangati kami untuk semangat literasi, semangat membaca dan menulis. Menulis tentang hal sederhana, seperti menulis kegiatan harian atau menulis tentang proses pembelajaran dikelas yang telah dilalui.
Awalnya kami menulis didalam sebuah grub whatsapp. Menulis tentang pengalaman setelah melakukan perkuliahan hari itu. Perasaan minder, malu, kurang percaya diripun perlahan menghantui diriku. Kenapa seperti itu, karena aku belum terbiasa menulis, aku malu bila nanti tulisanku tidak nyambung, keliru kata-kata dan sebagianya. Namun beliau memberikan motivasi kepada kami, bahwa “jangan takut salah” karena berawal dari kesalahan, kita mempunyai pengalaman untuk memperbaiki agar lebih baik lagi.

Aku mulai membuka blog ku yang sudah lama sekali tidak aku akses. Aku mulai menulis tentang pengalamanku berada di Pesantren. Pesantren Manba’ul ‘Ulum adalah awal aku mulai bercerita dalam tulisan. Dari tulisan pertamaku itu, beliau memberikan respon yang bagus. Mulai dari situ aku bersemangat untuk berani menulis setiap pengalamanku di blog pribadiku “herdiksumsel.blogspot.com”.

Melihat mahasiswa mulai semangat menulis, Bapak Ngainun Naim memberikan sebuah hadiah bagi pemilik blog terbaik, yaitu yang paling banyak menulis diblog. Pemberian hadiah tersebut berupa buku karya beliau. Betapa menyenangkan dan bahagia kalau bisa mendapat sebuah hadiah buku langsung dari penulisnya. Kamipun mulai berlomba-lomba dalam menulis..

Hari Rabu, 09 Oktober 2019. Adalah hari dimana beliau mengumumkan pemilik blog terbaik yang berhak mendapatkan hadiah buku beliau. Alhamdulillah ahirnya akulah yang menjadi pemilik blog terbaik itu. Tidak pernah menyangka sebelumnya bisa mendapatkan kenangan berupa buku dari penulis secara langsung. Suatu pengalaman yang sangat luar biasa bagiku. 

Awalnya aku semangat menulis hanya untuk mendapatkan hadiah buku tersebut. Setiap waktu aku menulis tentang pengalaman kuliah, maupun pengalaman lainnya, hingga sudah banyak tulisan-tulisan di blog pribadiku. Namun, ketika buku itu sudah aku dapatkankan, justru aku malah semakin termotivasi untuk menulis. Menurutku menulis itu sama halnya merekam setiap pengalaman dalam catatan, agar pengalaman yang baik akan tetap ada didalam sebuah tulisan tersebut.

Bapak Ngainun Naim telah menekuni dunia penulis kurang lebih 20 tahun. Banyak pengalaman beliau yang terkadang beliau bersemangat tinggi dalam menulis, juga terkadang semangat menulis itu berkurang. Dengan kondisi seperti ini, teman sesama penulispun memiliki peranan yang penting dalam berbagi energi untuk bangkit lagi dalam menulis. Berteman dengan penulis kata Bapak Ngainun Naim, mempunyai banyak manfaat lainnya seperti berbagi pengetahuan, berbagi tips menulis dan mendapat buku gratis dari penulisnya.

Bapak Ngainun Naim pernah berkata didalam bukunya “spirit literasi” bahwa “Menulis itu sulit, tapi saya harus menulis”. Mungkin inilah yang juga aku rasakan dalam menulis. Memang dalam menuangkan kata-kata melalui tulisan itu adalah sesuatu hal yang sangat membutuhkan konsentrasi tinggi, agar tulisan mudah dipahami oleh pembaca. Dari sinilah aku mulai menulis pengalaman harian.

Pejalaran yang aku peroleh disemester tiga ini sungguh sangat luar biasa sekali. Banyak hal baru yang aku dapatkan. Bapak Ngainun Naim telah memberi semangat untuk kami, untuk semangat membaca dan menulis. ketika sudah terbiasa menulis dan membaca, maka kita akan mendapatkan sumber referensi yang banyak.

Aku bangga mempunyai teman-teman dikelas yang selalu kompak. Mereka tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Didalam kelas kami saling membantu apabila ada yang kurang paham dalam pelajaran.

Aku masih teringat ketika berjuang judul tesis. Semester tiga ada mata kuliah seminar proposal. Semua mahasiswa wajib membuat proposal tesis, untuk dipresentasikan di depan dosen dan teman-teman satu kelas. Dosen mata kuliah seminar prososal yaitu Bapak Tahzeh dan Bapak Agus Zaenul Fitri selaku dosen dan kepala program studi pascasarjana IAIN Tulungagung.

Sebelum membuat judul dan memutuskan fokus penelitian yang akan aku lakukan, aku melalukan observasi terlebih dahulu dilembaga sekolah. Aku tertarik meneliti sekolah alam, yang dulu pernah Bapak Dosen Agus Purwowidodo bahas dikelas. Bapak Agus Purwowidodo adalah dosen mata kuliah sumber dan media pembelajaran. Disekolah alam dalam proses pembelajarannya menggunakan alam sekitar sebagai media dan sumber belajar.

Aku langsung mencari info tentang sekolah alam tersebut. Setelah menemukan lokasi sekolah alam itu, aku bergegas menuju ke lokasi sekolah alam, yang berada di Kota Tulungagung dan di Kota Blitar. Setelah sampai dilokasi, aku merasa kagum dengan keadaan lingkungan sekolah yang banyak pohon-pohon serta tanaman-tanaman yang dihiasi pot warna-warni, semua itu membuat diriku merasa asyik dan nyaman.

Bangunan sekolah pun dirancang sedemikian rupa. Bentuk bangunan nya tidak menggunakan tembok yang rapat, melainkan dengan menggunakan kayu yang didisain seperti rumah panggung. Hawa sejuk dan dihiasai tanaman nampak terlihat dari dalam kelas, karena bangunan bersifat terbuka.
Dari hasil observasi disekolah alam itu, aku mendapat sebuah ispirasi judul. Aku  juga mencatat hasil wawancara dengan guru disekolah alam, untuk memperkuat argumen ku ketika mempresentasikan judul tentang sekolah alam tersebut.

Pengajuan judulpun aku beranikan. Bertepatan hari itu adalah hari jum’at. Aku bersama teman-teman yang lain menunggu Bapak Zaenul Fitri di ruang borang, karena jurusan PAI sedang akan diakreditasi, jadi beliau selaku kaprodi sangat sibuk sekali. 

Setalah kami lama menunggu beliau, kamipun bersiap mempresentasikan setiap judul yang kami sudah yakini untuk diteliti. Satu persatu aku dan teman-teman beradu argumentasi. Pengalaman terjun langsung dilapangan dan memperbanyak sumber referensi harus kita punya. Alhamdulillah, ahirnya judulku diACC beliau, dengan catatan masih ada sedikit direvisi judulnya. Perasaan senang dan bahagi pastinya. Aku langsung menelpon Ibuk untuk mengabarkan kabar baik ini dan Ibuk sangat senang sekali mendengar kabar tersebut. Alhamdulillah.

Aku banyak belajar dari Bapak Zaenul Fitri, beliau sangat tegas dan pintar. Beliau begitu semangat sekali untuk membentuk karakter mahasiswa. Begitu pula dengan Prof. Patoni, Dr. Sokib, Dr. Khoirul Anam, Prof. Akhyak. Beliau semua adalah inspirasi buat ku. Beliau bisa menjadi orang besar, dengan lantaran belajar bersungguh-sungguh. 

Aku sangat senang sekali bisa dipertemukan dengan beliau-beliau semua di semester tiga ini. Sungguh ini adalah pengalaman terbaik ku bisa mendapat ilmu baru dari beliau-beliau semua. Semoga kesehatan dan keselamatan dari Allah SWT selalu mengiringi beliau-beliau semua. Aaaamiiiin!

TULUNGAGUNG 28 Desember 2019


Posting Komentar untuk "AKU DAN SEMESTER TIGA"