ROAN ADALAH BENTUK KEKOMPAKAN SANTRI (edisi panen jagung)
Oleh: Ahmad Suherdi
Hari ini tgl 02 November 2019 adalah awal bulan November.
Bulan penuh berkah dengan diiringi turunnya hujan yang sudah lama hujan tidak
turun.
Kegiatan pagi ini, aku dan teman-teman roan bareng panen
jagung di kebun milik Abah yang lokasinya di belakang pondok. Dengan
ramai-ramai sebelum ke kebun, kami makan bersama dulu di di ndalemnya Abah dengan
menu sederhana ala santri. Bukan dilihat dari menunya, tetapi di rasakan dari
kebersamaan menjadikan semua itu terasa nikmat.
Bergegas setelah semua sudah selesai sarapan. Aku dan
teman-teman berangkat ke kebun jagung yang akan di panen. Lumayan luas area
perkebunan milik Abah. Yah lumayan berat juga kalau dilakukan dua atau tiga
orang hehehe.
Cuaca cukup bersahabat bagi kami. Mendung seakan menutupi
sinar matahari. Tak terasa panas namun sejuk yang dirasakan. Tetesan hujanpun
mengiringi kami dalam memanen jagung. Basah semua baju membawa suasana
tersendiri. Kedinginan, tapi asyik bisa hujan-hujanan hahaha kayak anak kecil
seneng hujan-hujanan.
Ada beberapa tim dalam memanen. Yaitu ada yang memetik jagung
di batang nya, ada yang mengadahi di dalam karung dan yang paling rosho yaitu
yang bagian angkat-angkat karung berisi jagung-jagung yang di bawa ketepian
kebun dan selanjutnya di taruh di tempat yang sudah disediakan.
Aku bagian memetik jagung dan merangkap mengadahi jagung di
dalam karung juga. Yah masih belum berani angkat-angkat karena baru saja badan
di pijat yang beberapa hari sebelumnya badang kurang agak enak.
Roan seperti ini sering kita lakukan didalam lingkup pondok.
Seperti di masyarakat adalah gotong royong. Didalam pondok ketika ada
pembangunan asrama, tandur jagung, panen jagung dan lainnya itu kita lakukan
bersama, yang mana di sebut dengan roan. Dan ketika ada acara besar dipondok
seperti bersih-bersih kamar, halaman juga dilakukan roan bersama. Bukan apa-apa
tapi semoga mendapat barokah dari Kyai pengasuh pondok.
Seperti cerita Mbah Yai Zainuddin Mojosari. Ketika itu ada
roan di dalam pondok beliau. Dan pastinya jadwal ngaji diganti dengan roan. Ketika
itu mbah Yai menggumpulkan para santri sebelum roan. Setelah santri kumpul mbah
Yai hanya menfatihahi kitab yang akan di buat ngaji. Kang-kang tidak memaknai
kitab itu hanya membaca fatihah yang di pimpin mbah Yai. Setelah membaca
bersama-sama lalu semua santri di suruh roan. Apa yang terjadi. Dengan barokah
keikhlasan mbah Yai, semua santri menjadi alim. Walau kitab tidak ada maknanya,
seakan santri bisa membaca dengan ada maknannya. Yah mungkin itulah barokah Kyai.
Aaamiiin
Seorang santri hanya patuh dan taat pada Kyai dan yakin bahwa
apa yang di suruh Kyai pasti mendatangkan kebaikan.
Mbak-mbak pondok juga membantu mengelupas kulit jagung.
Jadi kita di bagi tugas. Untuk kang-kang pekerjaan yang berat-berat. Dan
mbak-mbak nya bagian yang berat juga yaitu mengelupas kulit jagung.
Ini bagian kang-kang juga menyicil
mengelupas kulit jagung. Memang bila pekerjaan dilakukan bersama pasti akan
terasa lebih ringan dan cepat selesai.
Di sesi setelah roan kami ahiri
dengan makan bersama di dalem Abah. Dan mungkin roan adalah jalan kita menjalin
hubungan erat di pondok. Dan pasti suatu saat nanti akan rindu dengan suasana
roan di pondok. Kita suatu saat akan boyong. Pulang di rumah dan akan mengabdi
dimasyarakat.
Setiap kegiatan aku catat agar
nanti kita ingat bahwa kita pernah bersama menuntut ilmu. Berjuang bersama
untuk negeri.
Semangat terus kang dan mbak
santri dalam menuntut ilmu di pondok ini. Kita yakin barokah Kyai melantari
kita menuju kesuksesan dunia dan akherat
.. aaamiiin ya rabbal 'alamin
PPMU Tunggulsari.
Selasa, 05 November 2019
Posting Komentar untuk "ROAN ADALAH BENTUK KEKOMPAKAN SANTRI (edisi panen jagung)"
Silahkan Berkomentar Dengan Sopan