Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TENTANG SAHABAT


Ahmad Suherdi


Ini adalah sebuah cerita tentang seorang sahabat. Pada masa itu semangat kami berkobar-kobar untuk berlomba-lomba menambah juz bacaan Al-Qur'an. Aku waktu itu bersama sahabatku "Deni namanya" dia sudah almarhum.

Deni adalah anak yang sangat semangat sekali belajar mangaji. Setiap sore sebelum berangkat ke masjid dia mampir dulu ke rumah ku. Memang jalan menuju masjid dia harus melewati depan rumahku.

Suatu hari dia tidak ke masjid. Hingga waktu itu beberapa hari dia tidak kemasjid. Aku sempat mencari informasi kenapa dia tidak ke masjid beberapa hari ini. Dari informasi yang aku dapatkan ternyata dia terjatuh dari motor beberapa hari yang lalu. Dia di rawat di rumah sakit karena ada bagian tubuh yang terbentur dan itu butuh perawatan yang serius.

Pada waktu itu aku sangat rindu dia. Aku menunggu di depan teras rumah tapi dia tak datang. Aku berangkat ke masjid sendirian dengan langkah kaki ini.

Waktu shubuh telah tiba. Pagi itu mentari muncul dengan keindahannya. Aku melihat banyak orang di luar mereka seperti membicarakan sesuatu. Aku tidak tahu apa yang di bicarakan itu. Iyaa aku menjadi penasaran.

Sifat penasaranku muncul hingga aku bertanya kepada ibu tentang apa yang telah terjadi. Ibu sejenak terdiam dan mencoba menjawab dengan tenang "begini le, Deni tadi sudah sampai rumah dengan ambulan" ... "trus kok rame-rame bu..?" Tanya aku semakin penasaran.. dengan pelan ibu menjawab "Deni sudah meninggal le" ... "Innalillahi wainnailahi rojiun"... sepontan kata-kata itu keluar dari mulutku. Pikiranku tidak karu-karuan waktu itu. Pagi itu aku juga baru awal masuk sekolah di MTs deket rumah.

Aku bergegas mandi dan memakai seragam sekolah. Aku mengajak teman datang ke rumah Deni. Nampak dari kejauhan keramaian di depan rumahnya. Aku naik motor pada waktu itu bersama temanku.

Aku berjalan menuju depan rumahnya dan terlihat dia sudah ditutup dengan kain jarik dan dia ditidurkan di atas meja ruang tamu. Aku hanya melihat dari depan pintu. Aku hanya terdiam dan meneteskan air mata bukan cengeng tapi memang air mata itu tidak bisa ditahan. Tidak begitu lama aku meninggalkan rumah Deni karena sudah waktunya kelas baru dimulai.

Dari situ aku sadar bahwa sahabat yang baik adalah sahabat yang mengajak kita kepada hal kebaikan. Mengaji adalah baik dan dia selalu menungguku dan menghampiriku untuk belajar ngaji bareng. Semoga amal kebaikan dia diterima di sisi Allah SWT. Aaamiiin

Allahumma firlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu

Cerita tahun 2009 nan

Palembang, 22 April 2020

1 komentar untuk "TENTANG SAHABAT"