Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Perjalanan Panjang Menjadi Magister

Ahmad Suherdi


Alhamdulillah hari kamis, 16 Juli 2020 adalah sebuah hari yang menggembirakan bagi saya. Kebahagiaan ini saya persembahkan untuk kedua orangtua saya yang telah memberikan semangat dhohir dan batin agar selalu semangat untuk belajar dan belajar. Bapak dosen pembimbing Prof. Akhyak dan Dr. Zaini Fasha yang tak ada hentinya membimbing saya dalam menyelesaikan tesis ini. Semua teman-teman satu angkatan di Pascasarjana juga memberikan banyak ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan tesis ini. 

Sahabat. Perjalanan dalam mencari ilmu itu memang tidaklah mudah. Kita harus punya keyakinan bahwa kita bisa untuk menghadapi tantangan dalam belajar. Rasa malas adalah tantangan terbesar bagi saya dalam belajar. Memang menghadapi rasa malas adalah dengan kita memaksakan diri untuk tidak malas. Salah satu tips saya agar tidak malas adalah dengan mengingat tentang perjuangan orangtua dalam membiayai saya. Mereka bekerja siang dan malam hanya agar anak-anaknya bisa nyaman belajar tanpa harus mencari uang sendiri untuk biaya sekolah. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepada saya. Berapapun kiriman uang tiap bulan harus saya gunakan dengan sebaik-baiknya. 

Salah satu hadits menjelaskan bahwa "ridho Allah tergantung pada ridho orangtua dan murka Allah tergantung kepada murka orangtua". Dari hadits tersebut, maka kita harus senantiasa mendapatkan ridho dari kedua orangtua kita. Dengan keridhoan mereka, apapun yang kita lakukan akan dimudahkan oleh Allah SWT. Semoga kita bisa menjadi anak yang berbakti kepada orangtua. Aaamiiin.

Perjalanan menjadi seorang magister tidak lain karena berkah ridho dari orangtua. Saya mendapatkan banyak tantangan melakukan penelitian dimusim pandemi virus corona ini. Saya melakukan penelitian secara online melalui via whatsapp, akun facebook lembaga sekolah sampai ke akun youtube lembaga sekolah yang saya teliti. Sempat saya tidak direspon dari salah satu lembaga yang ada di Tulungagung. Saya sempat frustasi pada waktu itu. Bagaimana tidak frustasi, saya berada di Palembang karena disuruh orangtua untuk pulang kampung karena ada virus corona yang baru bermunculan pada waktu itu. Saya sempat meminta ganti judul sama pembimbing tesis. Beliau memberikan konsekuensi "kalau kamu ganti judul, maka kamu harus ujian proposal lagi". Dari kefrustasian itu saya teringat perjuangan orangtua mencari uang dirumah. Saya juga merasakan beratnya mencari uang tersebut. Saya pagi sekali harus ke kebun karet sampai siang hari baru pulang. Setiap hari rutinan seperti itu saya lakukan bersama bapak. Ibuk mengelola toko sembako setiap harinya. Tidak tinggal diam, saya mulai mencari informasi sekolah baru yang mau merespon penelitian saya. Waktu itu penelitian saya adalah sekolah yang menggunakan sistem alam dalam pembelajannya.

Saya menghubungi teman di pondok yang juga pernah menjadi ketua MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam) "kang Farij namanya" dan kebetulan teman saya ini kenal dengan salah satu guru disalah satu sekolah alam di kota Kediri yang sekaligus menjadi tutor dia di MAPALA kampus IAIN Tulungagung. Tanpa pikir panjang saya langsung menghubungi beliau "bapak Syahru" di SD SAKA Kediri. Alhamdulillah beliau dan juga kepala sekolah SD SAKA Kediri "ibu Octi Prasasti" merespon saya dengan baik dan bersedia dilakukan penelitian secara online. Sekolah Alam Al-Ghifari yang ada di kota Blitar juga merespon dengan baik. Terimakasih mbak Isma yang telah membantu saya berkomunikasi dengan kepala sekolah SD Alam Al-ghifari Blitar "bapak Fanani" dan juga terimakasih kepada ibu Diah dan ibu Nopi yang telah bersedia saya wawancarai melalui chat whatsapp. Alhamdulillah ahirnya semua dipermudah oleh Allah berkah ridho orangtua.

Hari ujian tesis semakin dekat. Saya dengan kesibukan yang ada tetap menyisihkan waktu untuk mengerjakan tesis ini. Dengan bismillah dan tekat yang kuat akhirnya tesis ini selesai. Saya kemudian menghubungi dosen pembimbing agar bersedia menandatangani lembar persetujuan untuk mengikuti ujian tesis. Alhamdulillah beliau-beliau bersedia menandatanganinya. Saya kemudian melengkapi persyaratan ujian tesis dan mengumpulkan ke bu Lailatuz Zuhriyah "beliau adalah sekretaris kepala jurusa PAI". Bu Laila yang baik dengan sabar membimbing saya melengkapi persyaratan daftar ujian tesis. Alhamdulillah persyaratan telah lengkap dan saya tinggal menunggu jadwal ujian.

Pada tanggal 11 Juli 2020, saya mengantar adik saya dan keponakan untuk mondok di pesantren yang berada di kecamatan ngunut Tulungagung Jawa Timur. Setelah sampai di pondok, saya dan adik serta ponakan saya dikarantina sementara di kamar khusus yang berada di pondok saya. Saya mengisi waktu masa isolasi ini dengan belajar photoshop, baca buku, baca tesis dan mengobrol dengan teman yang juga dikarantina karena baru datang ke pondok.

Pada tanggal 14 Juli 2020 saya mendapatkan info dari bu Laila bahwa pada tanggal 16 Juli 2020, ujian sidang tesis siap dimulai. Rasa grogipun sempat muncul pada diri saya. Saya mulai membaca tesis ini dan memahami setiap babnya. Ujian tesis dilakukan secara virtual dengan menggunakan aplikasi zoom. Awalnya saya kesulitan mengoperasikan aplikasi zoom ini. Ternyata email dan password saya tidak bisa masuk di aplikasi zoom nya. Teman saya "mbak Puri" di Universitas Sebelas Maret Surakarta memberikan email dan passwotnya kepada saya untuk log in di aplikasi zoomnya. Alhamdulillah akhirnya saya bisa masuk di aplikasi zoom.

Pagi itu hari kamis 16 Juli 2020 adalah hari dimana saya akan menghadapi ujian tesis. Segala persiapan saya lakukan, dari mulai sarapan, laptop, beli paket data 11 GB, dan lain sebagianya. Jadwal ujian saya pada waktu siang hari pukul 13:00. Waktu tidak terasa sudah menunjukkan pukul 13:00. Saya dichat bu Laila untuk segera masuk zoom karena sudah ditunggu. Setelah saya masuk aplikasi itu ternyata sudah dihadapkan dengan 4 dosen yaitu Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag "selaku ketua penguji dan pembimbing tesis", Dr. H. Asrop Syafi'i, M.Ag "selaku penguji 1", Dr. H. Ahmad Zainal Abidin, M.Ag "selaku penguji 2", dan Dr. H. Zaini Fasha, S.Ag, M.Pd.I "selaku sekretaris penguji dan pembimbing tesis".

Ujian pada waktu itu ada 5 teman termasuk saya yang siap sidang tesis. Teman-teman saya ini adalah semangat saya untuk cepat mendaftar ujian tesis. Urutan pertama ujian tesis ada mas Ade Riantao, kemudian dilanjut pak Karyadi, dilanjut mbak Laila, lalu yang mendebarkan giliran saya dan yang terakhir adalah mbak Welinda.

Banyak sekali pengalaman ujian secara virtual ini. Saya semakin banyak mendapatkan ilmu dari para dosen penguji untuk memperbaiki tulisan tesis saya ini. Saya menjawab setiap pertanyaan dari dosen penguji dengan mantab dan jelas. Memang jaringan internet pada waktu ujian sedikit mengalami gangguan, namun tetap Allah telah memudahkan saya untuk mengikuti ujian tesis ini. Alhamdulillah dari hari yang berdebar-debar akhirnya menjadi bahagia tak terkira setelah Prof. Akhyak menyatakan saya lulus ujian tesis dengan syarat merevisi tesis yang telah diujikan. Ditempat karantina ini saya merasa bahagia, karena dimasa pandemi global saya tetap bisa menyelesaikan tesis ini. Kenapa kok bisa..? Mungkin banyak yang bertanya... Iya bisa saja teman-teman. Semua butuh keteguhan hati dan semangat yang luar biasa untuk menyelesaikan tesis ini serta dibarengi dengan ridho orangtua. Kemudian saya berfoto dengan teman-teman di kamar isolasi dan langsung menelpon orangtua di rumah. Terdengat suara bahagia mereka. Mungkin inilah yang bisa saya berikan kepada mereka. Gelar Magister ini tidak ada apa-apanya kalau tidak ada restu dari kedua orangtua di rumah.

Bagi teman-teman yang menuju ujian tesis selanjutnya, tetap semangat ya. Jangan ragu dan tetap optimis bahwa kita pasti bisa.

Terimakasih ibuk/bapak dosen yang telah memberikan ilmu dan motivasi sehingga kami bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga ibuk/bapak dosen diberikan selalu kesehatan oleh Allah SWT. Aaamiiin





Tulungagung, Kamar karantina, 17 Juli 2020.

3 komentar untuk "Kisah Perjalanan Panjang Menjadi Magister"