Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Rindu Belajar Bersama

Ahmad Suherdi


Libur pasca idul fitri akan selesai. Anak-anak akan kembali ke bangku sekolah untuk belajar. Pondok pesantren memberlakukan aturan 10 syawal harus kembali ke pondok untuk belajar seperti biasanya. 

Namun dimasa pandemi yang tidak pernah diduga ini tiba-tiba merubah segalanya. Sistem pembelajaran harus serba online. Media sosial seperti w.a, fb, youtube, zoom, vmeet dan semacamnya menjadi alternatif penyampaian pembelajaran. Guru dan murit dituntut harus punya koneksi internet yang lancar agar pembelajaran bisa disampaikan dengan baik. 

Aku pernah melihat sebuah video yang di upload teman di story whatsapp. Isi dari video itu menggambarkan tentang seorang anak yang menulis sebuah surat untuk mas menteri pendidikan "Nadiem Makarim" dalam surat itu mas menteri membacanya. Anak itu bernama "Alfiatus Sholihah" dia menulis bahwa semenjak adanya corona dia tidak sekolah lagi. Itu mengurangi beban ibu di rumah karna dia bisa membantu pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci piring dan sebagainya. Namun, dia juga bingung dia hanyalah anak buruh tani. Semua pembelajaran serba internet dan dia tidak punya hp android. Sebagai anak dia juga merasa kasian kepada orang tua karna harus membelikan hp android "singkat kata Alfiatus Sholihah dalam suratnya yang di baca mas menteri".

Mungkin dek Alfiatus Sholihah bukanlah satu-satunya anak yang mengeluhkan hal tersebut. Masih banyak anak yang mengeluhkan agar bisa belajar kembali di sekolah. Merekapun juga terkendala oleh mahalnya biaya paket data internet. Penghasilan orang tua yang menurun akibat dampak corona hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Mau bagaimana lagi kalau mereka hanya menginginkan agar bisa kembali ke sekolah atau pondok untuk belajar.

Mereka rindu bercanda dengan teman-temannya. Mereka juga rindu penjelasan dan nasehat para guru. Mereka juga rindu taman-taman indah di sekolah atau bahkan juga rindu makan soto di kantin. Sebuah rasa rindu yang tidak bisa disampaikan dengan kata-kata.

Bukan hanya para murit saja yang rindu akan sekolah, namun para gurupun juga merindukan raut keceriaan mereka. Kebiasaan setiap hari bersalaman dengan para murit, saling sapa dengan murit menjadikan kerinduan untuk bertemu para murit semakin menjadi.

Berbagai upaya sudah dimaksimalkan guru agar tetap bisa memberikan pembelajaran walau dari rumah. Orang tuapun harus bisa membimbing anak-anak agar menggunakan android untuk pembelajaran dari guru melalui media sosial.

Harapan kami para murit smoga kami bisa kembali ke sekolah atau ke pondok pesantren lagi. Kami ingin belajar bersama. Kami ingin mengaji bersama. Dan kami ingin mendengar nasehat dan senyum para guru kami. Semoga badai pandemi ini segera berahir dan kami bisa tholabul ilmi kembali. Aaamiiin


Pelambang, Makarti Mulya, 30 Mei 2020

2 komentar untuk "Ketika Rindu Belajar Bersama"