Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

CERITA DIBALIK MUDIK 2020

Ahmad Suherdi


Senin, 30 Maret 2020.
Hari ini adalah hari dimana rasa hati berat meninggalkan tempat ternyaman di hati "Pondok Pesantren Manba'ul 'Ulum Tunggulsari". Pondok pertamaku ketika aku berada di pulau seberang "pulau jawa".

Efek terjadi pandemik virus corona menjadikan semua pembelajaran diliburkan cepat. Beberapa pondok memulangkan semua santrinya. Memang beresiko, tetapi apalah daya kami harus pulang.

Kali ini aku ikut bersama rombongan pondok pesantren Ngunut. Masih ada keraguan mudik ditengah pandemik virus tahun ini. Bismillah smoga diberi keselamatan. Aamiin.

Ternyata aku tidak sendirian. Ada beberapa teman IAIN yang juga ikut mudik bareng bis Pondok Ngunut. Rasanya berat meninggalkan pondok lebih cepat. Biasa diperkirakan mudik itu setelah 23 Romadhon. Karena di pondok juga ada ngaji pasan "ngaji khusus bulan Romadhon" yang setiap bulan romadhon diadakan sampai penutupan sekiranya 23 romadhon.

Pemberangkatan direncanakan jam 8 pagi. Sesegera aku bersiap-siap pagi itu. Tak lupa sarapan sederhana oseng pepaya aku santap dengan nikmat bersama teman pondok. Perutpun sudah terasa kenyang. Koper, tas punggung, tas dada semua aku bawa.

Sebelum berangkat di depan kampus, aku berpamitan dengan teman-teman pondok. Rasanya agak sedih tapi tak tahan. Salaman terahir waktu itu bersama mereka. Aku juga sowan pamitan dengan Abah. Aku berjalan menuju ndalem dengan berpakaian jaket ala boy gitu untuk menemui Abah. Aku tak sanggup tapi aku tahan. Aku berpamitan dengan Abah dan meminta Ridho Abah. Pagi itu adalah salaman terahir dengan beliau. Mengecup tangan mulia beliau. Yaa Allah rindu Abah 😢😢😢. Maaf bah kalau masih bandel di pondok.

Aku berangkat di antar kang pondok dengan motor jadulku. Aku titipkan motor jadulku kepada kang pondok. Aku diantar di depan kampus dan menunggu rombongan bis datang.

Setelah bis datang aku melihat tabel kursi penumpang. Wassalam ternyata aku dapat kursi paling belakang. Sebenarnya aku paling anti mudik dapat kursi paling belakang atau paling depan. Setidaknya di bangku urutan nomer 3/4 dari depan. Pokok tidak pas di atas roda. Tapi tak apalah namanya juga menumpang rombongan. Aku pasrah.

Rasa mualpun aku rasakan karna benturan roda dan aspal jalan menjadikan perut serasa di kocok. Aku menahan sambil memakai masker. Aku tinggal tidur di bus. Kebiasaan sih, setiap naik kendaraan roda 4 pasti tidur beberapa menit kedepan hehehe.

Perjalanan ditempuh melewati jalan tol trans Jawa. Direst area aku dan rombongan berhenti untuk menjalankan sholat dan makan bersama. Setelah itu aku dan rombongan melanjutkan perjalan kembali.

Pada malam itu mobil bis berhenti di suatu rumah makan karna ada kerusakan. Waktu sangat lama hingga rombongan yang lain sudah duluan. Laparpun tak terkendali. Aku beli pop mi dengan harga 15 ribu ges. Tapi tak apalah pokok perut tetap terisi.

Pagi subuh rombongan berhenti untuk menjalankan sholat shubuh. Tak lama-lama kita langsung berangkat menuju pelabuhan merak. Hand Sanitizer juga sudah disediakan pihak pondok. Jadi ketika sudah turun dan ketika akan menaiki bus maka setiap tangan di semprot dengan cairan itu.

Tak lama pemandangan pelabuhan merak sudah terlihat. Tidak banyak kendaraan yang berada di pelabuhan. Tidak seperti biasanya yang terkadang area dermaga penuh kendaraan yang berebut naik ke kapal. Aku dan rombongan naik ke kapal bersamaan dengan bus nya.

Sesampai di lambung kapal, aku dan rombongan langsung turun dan naik di atas lambung kapal. Banyak pemandangan orang-orang yang memakai masker dan sebagian juga tidak memakai masker. Aku mulai ragu dan agak was was. Aku tetap memakai masker dan bergaya ala ninja serta memakai sarung tangan medis.


Nampak begitu santai para santri di atas dek kapal. Mereka makan dan foto-foto bersama. Aku duduk di pinggir dek dan menikmati hembusan angin laut hingga masuk angin. Hadehhh.


Berada di atas kapal selama 2 jam an. Agak cepat tidak seperti biasanya. Karna pelabuhan tidak ada antrian bongkar isi kapal. Karna jarang yang melakukan mudik.

Bunyi klakson kapal menandakan kapal akan berlabuh. Aku dan rombongan bergegas menuju bus. Semua tangan di semprot hand sanitizer. Keadaan harus semampunya di sterilkan. Karna kami tak mau membawa suatu yang berbahaya dari kapal.

Sesampai dilampung timur, mobil bus bermasalah lagi. Panbel putus dan harus diperbaiki dengan las. Waktu kurang lebih 3 jam masa perbaikan. Perut terasa lapar. Aku ajak teman-teman makan di warung pinggir jalan. Mie Ayam dan bakso menunya. Aku pesan bersama teman-teman rombongan IAIN. Iseng-iseng aku menanyakan nasi. Jadilah makan mie ayam dengan nasi. Haha tak apalah namanya juga lapar. Hehe.


Setelah bus berhasil diperbaiki. Aku dan rombongan bergegas naik dan melanjutkan perjalanan lagi. Satu persatu para santri di turunkan. Sehingga tersisa rombongan aku dan teman-teman IAIN menuju daerah mesuji Oki.

Di tengah perjalanan ada kendala lagi. AC bus mati. Perjalanan masih 2 jam an. Panas pengap di dalam kabin bus. Aku maju dikursi depan. Jendela atap bus terpaksa dibuka. Hawa dingin dari luar masuk dalam tubuh. Hujan pun jatuh. air masuk kedalam kabin, karna jendela atap bus dibuka. Terpaksa jendela ditutup kembali. Pengappun dirasakan lagi. Sampai ada teman yang mabuk tak tahan dengan pengap dan angin luar.

Sabar sabar sabar itulah yang kami lakukan. Sambil menunggu sampai tujuan, aku bercanda dengan teman-teman sebagai pengalih kebosenan di dalam bus. Candaan dengan Halim, Nissa, Windi, Habibah, Ulfa dan lainnya. Aku paling tertua diantara teman-teman IAIN. Semua masih s1 sedangkan aku sudah lulus.


Perjalanan panjang dan melelahkan serta penuh kewaspadaan resiko COVID 19 telah berahir. Aku sampai di persimpangan menuju rumahku. Aku di jemput bapak dan paman dengan mobil. Aku dan ponakan menuju kantor desa untuk disemprot antivirus dan didata. Suhu badan ku 33 derajat dan ponakanku 35 derajat. Masih taraf aman. Ya memang malam itu kondisi hujan lebat dan harus disemprot pula hmmm sabar sabar. Dingin dan harus mandi.

Kemudian aku pulang menuju rumah. Sesampai di rumah tak ada sambutan hangat, bersalaman, peluk ibuk bapak dan adek. Peraturan tetaplah peraturan. Tidak boleh kontak langsung dengan orang lain selama 14 hari. Bakal jadi hari-hari yang membosankan. Tapi itu untuk kebaikan bersama. Aku pasti bisa.


Stok buku aku bawa dari pondok. Hehehe semoga bisa menjadi hiburan 14 hari masa isolasi mandiri kedepan. Bismillah smoga pandemik segera berahir dan kami bisa beraktifitas seperti biasa. Bagi kami kehidupan pondok adalah tempat kenyaman hati. Semoga bisa bertemu abah lagi aaamiiin.

Perjuangan pelajar Sumatra di pulau Jawa. Jangan remehkan kami. Kami berjuang dengan sepenuh kekuatan. Pulang jauh. Jauh dari keluarga. Smoga berkah. Terimakasih pulau Jawa telah menerima kami untuk belajar. Semoga pandemik segera berahir. Aaamiiin


PALEMBANG, 1 April 2020

Posting Komentar untuk "CERITA DIBALIK MUDIK 2020"