Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

AKU DAN EMPAT BELAS HARI

Ahmad Suherdi

Alhamdulillah hari ini sudah genap masa isolasi mandiri selama 14 hari. Pandemi menjadikan semua waspada. Semua orang yang baru datang dari luar kota wajib menaati peraturan desa dengan mengisolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Ini adalah waktu yang sangat lama dan membosankan  bagiku.

Tanggal 30 Maret 2020 aku sampai di bumi Palembang. Perpulangan ini amatlah begitu cepat bagiku. Aku seharusnya tidak pulang secepat ini. Biasa kalau pulang itu setelah beberapa minggu puasa tepatnya 23 Romadhon namun apalah daya kami di pulangkan cepat.

Sesampai aku turun dari bus, aku langsung dibawa ke posko pencegahan covid-19 di desaku. Setelah turun dari mobil aku disemprot dengan cairan disenfektan kemudian di data telah melakukan perjalanan dari mana. Suhu tubuhku di periksa waktu itu berkisar 32 derajat. Aku kurang nyaman dengan hal ini. Pihak desa memintaku untuk mengisolasi diri selama 14 hari tanpa berdekatan dengan orang-orang lain. Sungguh ini hal yang tidak aku sukai. Oke fiks aku jadi ODP (Orang Dalam Pemantauan)

Hari pertama isolasi aku tidak banyak keluar kamar. Semua kegiatan aku lakukan di kamar. Rasa jenuh, kawatir, bosan menjadi satu. Namun apalah daya demi kemaslahatan bersama aku mencoba untuk bersabar.

Hari-hari aku lakukan dengan membaca buku-buku yang aku bawa dari jawa. Waktu juga mendekati ujian online proposal tesis jadi aku lebih banyak belajar untuk mempersiapkan diri dihari ujian online tersebut.

Fasilitas kamarku cukup baik. Kamar baruku sungguh luas karena rumah baru direnovasi. Rute kegiatanku selama baru-baru isolasi adalah kamar tidur-dapur-kamar mandi itu saja kegiatan sehari-hari. Bosankah. Iyaa memang bosan.

Aku tidak bisa membayangkan orang-orang yang di isolasi secara khusus di tempat khusus pula. Seperti di lokasi-lokasi yang telah di sediakan, digedung-gedung sekolahan yang telah di sediakan atau tempat semancamnya. Sungguh mereka pasti akan merasakan hal yang lebih membosankan dari pada aku. Tentu saja. Mana ada TV, atau hiburan lain. Tidak ada. Tentu yang mereka dapatkan hanya kesunyian dan kebosanan.

Hari-hari kulalui dengan kesabaran. Aku menghabiskan satu buku karya Dr. Ngainun Naim. Beliau adalah dosen sekaligus pegiat literasi. Karya beliau sungguh luar biasa sekali. Sempat aku mereview buku itu dan aku cantumkan di blog pribadiku ini.

Hari ini genap 14 hari masa isolasi mandiri. Sekarang aku lebih bebas untuk berinteraksi dengan tetangga, kerabat dan masyarakat lainnya. Perasaan senangpun aku rasakan hari ini. Alhamdulillah.

Setelah merasa ini hari kebebasan. Aku mempunyai keinginan untuk pergi ke masjid mengikuti sholat berjamaah. Awalnya biasa-biasa saja ketika aku sampai di lokasi masjid dan menuju tempat wudhu. Namun, ada beberapa keganjalan ketika aku memasuki masjid. Semua orang masuk dan berbaris meluruskan barisan sholat namun barisannya renggah sekitar satu meteran. Memang terkesan aneh tapi iya inilah peraturan pemerintah untuk menjaga jarak 1-2 meter.

Yaa Allah semoga pandemi segera berahir dan kami dapat beraktifitas seperti sedia kala. Merapatkan barisan sholat. Bersalaman setelah sholat dan berkumpul dalam majlis-majlis ilmu lainnya.


Aaamiiin


Palembang, 14 April 2020

2 komentar untuk "AKU DAN EMPAT BELAS HARI"

  1. Mantab. Saya pernah ke Palembang. Melewati jembatan Ampera.

    BalasHapus
  2. MasyaAllah, alhmdlh. luar biasa sekali. Tulisanya powerfull. aaaamiiin aaamiiin aaamiiin semoga masa ini segera berakhir dan bisa normal kembali

    BalasHapus