RESEPSI PERNIKAHAN DALAM BUDAYA ISLAM DI BUMI NUSANTARA
Resepsi Pernikahan dalam Budaya Islam di
Bumi Nusantara
By: Ahmad Suherdi
Tgl, 03 Oktober 2019
Hari ini ada
acara resepsi pernikahan salah satu masyarakat di dekat pondok, aku dan
teman-teman serta Abah di undang untuk ikut hadir dalam acara resepsi
pernikahan tersebut. Ada yang unik dari dekorasi yang dibuat untuk begron
pajangan sang manten dan biasa juga untuk foto-foto bersama sang manten, disitu
nampak sederhana sekali dekorasi yang digunakan, hanya berupa papan kayu tipis
yang disusun sedemikian rapi tapi bagus dan unik menurutku. Karena biasanya
dekorasi teman-teman saya saat melakukan resepsi pernikahan itu megah dan mewah
sekali aku pikir wah berapa harga sewa dekorasinya hehehe, yaa sekali lagi
bukan mewah nya sih tapi bagaimana acara sakral tersebut berjalan dengan baik
agar setelah acara sang manten bisa membangun rumah tangga yang sakinah,
mawaddah dan warohmah. Aaaamiiin
Karna dengan
menikah insyaAllah akan menjaga keimanan, menjaga pandangan dan terminimalisir
dari yang namanya zina, naudzubillah min dzalik.
Ini adalah acara resepsi pernikahan teman
satu kelas ku bernama Ustadzatul Ulya, disini dekorasi yang digunakan teman ku
sangat menarik banyak bunga dan banyak ukiran di papan dekorasi serta ada
lengkap tukang pengambilan gambar sang manten, tapi sekali lagi bukan mewahnya
yang di cari tapi bagaimana acara suci tersebut mendapatkan barokah dan menjadi
awal dari keluarga sakinah, mawaddah warohmah. Aaamiiin yaa Allah.
Ini adalah foto bersama
teman-teman, tujuan di undang di acara resepsi itu adalah untuk mengarak manten
dengan bersholawat Nabi ketika manten diarak, personil sholawat ini namanya
Al-Ghony kalian tau dag bahwa kata “al-Ghoniyu” dalam bahasa arab
berarti orang yang Kaya, wih aamiin yAa Rabb. Hehehe tapi Al-Ghony dalam grub
sholawat kami adalah sebuah singkatan dari Ghony-Ghony “Ono Sego Mesti
Muni”. Ssttttttt jangan ketawa hahaha. Ya itulah kita pasukan wani muni
wedi luwe hihihi. Jadi sholawat kepada Nabi itu adalah sunnah. Didalam sebuah
kitab Durratun Nashinin pada bab “keutamaan cinta kepada Allah dan Rasulnya”
ada sebuah hadits yang isinya “barangsiapa yang membaca sholawat
kepadaku sepuluh kali di pagi hari dan sepuluh kali di sore hari, maka Allah
mengamankannya dari keterkejutan yang dasyat pada hari kiamat. Dan dia bersama
orang-orang yang mendapatkan nikmat dari Allah, yaitu para Nabi dan Shiddiqin”.
(Zubdatul Wa’izhin).
Jadi luar biasa sekali
kalau kita mengetahui fadhilah dari sholawat sendiri seakan-akan kita merugi
kalau tidak melantunkan sholawat. Semoga kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW
mendapat setetes syafaat di hari kiamat kelak lantaran kita selalu bersholawat
kepada Nabi.
Ini adalah prosesi arak
manten dengan kembang mayang di samping kanan kiri sang manten. Jadi, ini
adalah budaya yang khas di bumi Nusantara karna arak manten, unduh manten dll
itu adalah implementasi dari Islam yang ada di Bumi Nusantara. Jadi ketika arak
manten itu kita di beri batas mulai berjalan sampai nanti menuju tempat
pelaminan. Dan ada hal unik lagi yang aku amati bahwa selain di arak dengan
bersholawat, juga si pengantin pria dan wanita di beri minum yang ada di kendi
atau wadah terbuat dari tanah yang di bakar dan di beri tempat keluar air dan
lagi pengantin wanita disuruh membasuh kaki pengantin pria, ya mungkin itu
sebagai bentuk ketakdiman seorang istri kepada suami karna surga istri ada pada
ridho suami. Ciiieeee ciieee semoga kita mendapatkan jodoh yang sholeh sholehah
fiddiini, fiddunya wak akhiroh aamiii yaa Rabbal ‘alamin.
Dalam mengarak manten
aku dan teman-teman menggunakan musik yang diringi dengan terbangan sejenis
alat pukul terbuat dari kayu dan kulit sapi. Ada dua rumus dalam memukul alat
terbangan yaitu bagian A dan bagian B biasa teman-teman menyebutnya tabuan
lanangan dan tabuan wedok an.
Yaaa mungkin ada
sedikit kalangan yang menjastis bahwa sholawatan bid’ah, main musik sholawat
dengan tabuan terbangan bid’ah dan lain-lain trus aku berfikir lawong
sholawatan lho yang di ucapkan perktaan yang baik, memuji Nabi dan malah ketika
sholawatan menjadi media kita untuk berkumpul bersama dan dari situ kita bisa
menjaga persatuan bangsa di Nusantara ini. Bayangkan kita tidak pernah kumpul
semua di anggap bid’ah lah malah akan jadi manusia yang indivialisme yang hanya
memikirkan dirinya sendiri. Oke ketika ada yang bilang sholawatan, tahlilan dll
itu bid’ah yang mengganggap semua itu tidak ada pada zamannya Rasulullah trus
bagaimana dengan pemberian harokat dan titik pada huruf-huruf di kitab
al-Qur’an itu juga bid’ah kan, setelah Nabi wafat khalifah Ustman bin Affan berinisiatif memberikan harokat dan titik pada huruf-huruf al-Qur’an supaya
orang awam bisa membedakan huruf Ba dan
huruf Ta memberdakan kasroh dan fathah. Nyatanya sampai zaman sekarang
al-Qur’an lebih mudah dipahami dan pelajari karna sudah di berikan harokat dan
titik sesuai dengan kaidah yang ada. Yaa orang seperti itu dawuhnya Abah ojo
di pegeli kang, didongakne ae mugi Allah maringi hidayah “jangan di benci
kang, didoakan saja smoga Allah memberi hidayah pada mereka”.
Yaa itulah Islam yang
ada di Bumi Nusantara dengan masyarakat yang majemuk akan berbagai budaya Islam
masuk tikak memberantas budaya tersebut tapi dengan persuasif dan jalan
memodifikasi isi kandungan budaya dengan syariat Islam.
Sekian dan terimaksih
smoga bermanfaat yaaa....
Ternyata, ada saya... maaf baru sempat sekarang bacanya...
BalasHapusSukses terus Mas Herdi
Ternyata saman baca to mbak wkwkwm
Hapus